Tepat setelah 10 tahun, Superseries menutup sejarahnya. Seri kejuaraan terbuka yang terdiri dari 12 kejuaraan ini sendiri dalam perjalanan 10 tahunnya sudah memiliki beberapa modifikasi. Salah satu modifikasi yang sangat penting adalah adanya 5 Superseries Premier setiap tahunnya sejak 2011 dan merambahnya kejuaraan ini ke Australia sejak 2014. Superseries, khususnya seri premier, menjanjikan tontonan yang sangat menarik dikarenakan 10 dari 32 pemain babak utama adalah peringkat 10 besar dunia yang diwajibkan tampil. Aturan yang diterapkan oleh BWF ini membawa jaminan kualitas sebuah kejuaraan.
Istilah superseries sendiri dijadikan salah satu milestone seorang pemain untuk bisa menjuarainya. Beberapa pemain bahkan menuliskan title superseries yang didapatkannya dalam bio account media sosialnya. Bahkan, dalam 10 tahun usianya, tercetak istilah King of Superseries yang dipegang oleh Datuk Lee Chong Wei yang total menjuarai 45 kali (termasuk 4 superseries final). Seolah ada definisi baru, setelah sekian lama hanya Juara All England yang mendefinisikan kehebatan dan prestasi seorang atlet bulutangkis. Konsep pengumpulan point dalam superseries untuk mendapatkan tiket final superseries bisa dikatakan mirip dengan ATP tour maupun WTA tour, yang notabene merupakan perwujudan dari nilai hiburan dan gengsi profesionalitas atlet.
Mulai tahun depan, setelah era superseries berakhir, akan ada rangkaian kejuaraan baru. Di laman bwf, istilah yang dipakai belum memiliki nama sesingkat dan mudah diingat seperti superseries. Bila kita buka kalender 2018 BWF, di sana akan kita jumpai penyebutan yang terlalu teknikal, relative susah untuk diingat dan mungkin juga kurang komersil seperti Grade 2 level 4, Grade 2 level 3 dan sebagainya. Dan lagi dari sekian penyelenggaraan itu, tidak ada ujung finalnya.
|
|