Berita > Artikel

Memori Indah dari Atlet Muda di Indonesia Open 2015

Kamis, 18 Juni 2015 06:52:08
7813 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

  • Jonatan Christie

    Zora Rencis Kasih ©Bulutangkis.com

  • Anthony Ginting

    Zora Rencis Kasih ©Bulutangkis.com

  • Kento Momota

    Zora Rencis Kasih ©Bulutangkis.com

Penyelenggaran turnamen BCA Indonesia Open 2015 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation memang telah berakhir. Namun, berbagai memori buruk maupun memori indah yang terjadi selama penyelenggaraan turnamen masih melekat erat hingga saat ini.

Memori buruk tentu datang dari prestasi yang dicapai oleh para punggawa tuan rumah. Indonesia kembali gagal meraih gelar di turnamen yang berlangsung 2-7 Juni 2015 di Istora Senayan itu. Prestasi terbaik ditorehkan oleh ganda putri pasangan Greysia Polii/Nitya Krishinda Maheswari yang berhasil menapaki partai final. Hasil ini menyamai raihan tahun 2014 lalu saat Indonesia juga gagal meraih satu gelar pun.

Meskipun nihil gelar, beberapa kejutan yang diukir oleh beberapa atlet muda Indonesia di turnamen berhadiah total USD 800,000 itu masih memberi memori indah bagi para penggemar bulutangkis tanah air. Dua pebulutangkis putra masa depan Indonesia, Anthony Ginting dan Jonatan Christie menjadi atlet yang paling mencolok perhatian selama turnamen karena keberhasilan mereka melesat hingga babak delapan besar walaupun harus melangkah dari babak kualifikasi.

Jonatan, atlet kelahiran Jakarta, 15 September 1997, terus menujukkan grafik yang meningkat usai tampil membela Indonesia di ajang Piala Sudirman lalu. Walaupun baru pertama kali merasakan tampil di Istora, Jonatan mampu tampil lepas dan menunjukkan permainan terbaiknya.

'Ini menjadi pengalaman pertama saya tampil di Istora. Dukungan dari penonton sungguh luar biasa, sampai saya tidak dapat mendengar instruksi dari pelatih dengan jelas. Sedikit nervous juga, tapi itu itu juga jadi motivasi untuk saya tampil lebih baik,' kata Jonatan dalam jumpa wartawan.

Mengawali turnamen dengan memenangi perang saudara dengan Firman Abdul Kholik di babak kualifikasi, secara beruntun Jonatan juga sukses menaklukan lawan-lawan hebat, seperti Boonsak Ponsana (Thailand), Lee Hyun Ill (Korea), dan Chou Tien Chen (Chinese Taipei). Langkah Jonatan akhirnya harus terhenti di babak delapan besar usai takluk dari sang juara bertahan, Jan O Jorgensen dari Denmark, dengan skor 13-21, 15-21.

'Pencapaian ini tentunya untuk saya pribadi merasa bangga, karena saya juga diluar dugaan bisa sampai perempat final. Karena target awal kan hanya sampai menembus babak utama, tetapi bisa sejauh ini saya tetap bersyukur,' imbuh Jonatan.

Pencapaian Jonatan turut diikuti oleh Anthony Ginting, atlet kelahiran Cimahi, 20 Oktober 1996. Memulai turnamen dari babak kualifikasi, Anthony sukses melaju hingga babak delapan besar, sebelum akhirnya dikalahkan oleh Kento Momota (Jepang) yang akhirnya keluar sebagai juara. Bahkan, Anthony sempat menumbangkan pemain peringkat ketiga dunia, Kidambi Srikanth dari India di babak enam belas besar, dengan skor 14-21, 22-20, 21-13.

Ada cerita unik di balik keberhasilan Anthony melaju hingga babak delapan besar. Anthony nyaris tak bisa tampil karena masih berstatus sebagai daftar tunggu pertama hingga hari Minggu (31/05). Namun, pada kegiatan techinal meeting yang berlangsung Senin (01/06) nama Anthony akhirnya diumumkan masuk ke babak kualifikasi menggantikan salah satu pemain yang memutuskan untuk mundur.

'Hari Minggu (31/5), saya ikut teman-teman menjajal lapangan di Istora. Dalam hati saya berharap ada pemain yang mundur sehingga saya bisa dapat tiket kualifikasi. Hari itu juga kebetulan jadwal saya pergi beribadah ke Gereja. Jadi di gereja saya berdoa semoga saya mendapat kesempatan untuk bermain. Ternyata doa saya terkabul untuk dapat tampil di turnamen ini,' kata Anthony yang juga baru pertama kali main di Istora.

Hasil gemilang yang ditunjukkan oleh Jonatan dan Anthony tak hanya mengejutkan para pecinta bulutangkis Indonesia, tapi juga Rexy Mainaky selaku Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI. Rexy mengaku awalnya hanya berharap para pemain muda mampu mengalahkan pemain-pemain dunia.

'Saya sebenarnya cukup merasa surprised dengan hasil yang diraih pemain-pemain muda di turnamen ini. Awalnya saya hanya berharap mereka dapat membuat kejutan mengalahkan pemain-pemain dunia, namun ternyata mereka bisa sampai ke babak delapan besar,' kata Rexy Mainaky.

Permainan ciamik yang ditunjukkan oleh Jonatan dan Anthony di Istora seolah mengisyaratkan bahwa teknik para atlet muda Indonesia tidak kalah hebat dari atlet negara lain. Melihat hal ini, PP PBSI sebagai induk organisasi bulutangkis di Indonesia pun berjanji akan terus menggenjot jam terbang para atlet muda agar mampu bersaing di kancah dunia.

'Kami akan memberikan tambahan jam terbang supaya mereka bisa bersaing dengan para pemain lain. Setelah SEA Games, kami akan menjadwal ulang keikutsertaan mereka di turnamen selanjutnya. Kami harap para pemain muda ini akan menjadi bagian penting dalam Piala Thomas 2016 nanti,' ungkap Rexy.

Prestasi yang diberikan oleh Jonatan dan Anthony tentu sangat membanggakan, tapi jangan sampai ini hanya menjadi euforia sesaat. Namun sebaliknya, raihan positif ini diharapkan menjadi pelecut bagi Jonatan dan Anthony, serta atlet muda lainnya untuk meraih prestasi yang lebih tinggi di turnamen-turnamen selanjutnya.

Rumah Bagi Para Pemain Asing

Memori indah di turnamen BCA Indonesia Open 2015 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation ternyata turut pula dirasakan oleh atlet asing. Hal ini karena dukungan penuh dari para penonton Istora kepada para pemain asing yang berlaga.

Pebulutangkis tunggal putri asal Thailand, Ratchanok Inthanon menjadi salah satu atlet yang merasakan dukungan penuh dari para penonton Istora. Berbekal teknik permainan yang memikat dan keramahannya, Ratchanok dapat meluluhkan hati para penonton. Setiap kali bertanding, nama Ratchanok selalu dielu-elukan oleh para penonton.

Dukungan penonton kepada Ratchanok akhirnya berbuah manis. Ia mampu keluar sebagai juara untuk kali pertama usai menundukkan Yui Hashimoto dari Jepang, dengan skor 21-11, 21-10.

'Banyak penonton yang mendukung dan meneriakkan nama saya. Walaupun saya tidak sedang bermain di Thailand, tapi saya merasa seperti bermain di rumah sendiri,' tutur Ratchanok dalam suatu wawancara.

Dukungan serupa turut pula dirasakan oleh Kento Momota, tunggal putra asal Jepang ketika berhadapan dengan Jan O Jorgensen dari Denmark di partai final. Berkat suntikan semangat dari penonton itu, Kento juga akhirnya berhasil keluar sebagai juara usai menang rubber game, 16-21, 21-19, 21-7.

'Di gim ketiga tiba-tiba banyak penonton yang mendukung saya. Hal itu membuat saya kangen dengan Istora dan sangat menantikan pertandingan selanjutnya di sini,' kata Kento seusai menjadi juara.

Namun, dukungan kepada para atlet asing tidak berlaku jika mereka sedang berhadapan dengan pemain Indonesia. Rasa nasionalisme penonton Istora tetap tinggi untuk terus mendukung perjuangan atlet Indonesia setiap kali bertanding. Teriakkan 'eea' dan 'huu' masih senantiasa terdengar kala atlet Indonesia bertanding.

Rasa antusiasme penonton terhadap turnamen BCA Indonesia Open 2015 yang didukung oleh Bakti Olahraga Djarum Foundation pun masih tinggi. Bahkan, pada hari pertama penyelenggaraan, ribuan tiket yang tersedia sudah habis terjual sejak pagi.

Melihat semangat penonton Istora yang luar biasa, Badminton World Federation (BWF) yang merupakan induk organisasi bulutangkis dunia turut melontarkan pujian. Hal ini disampaikan oleh Darren Parks, salah satu perwakilan BWF yang hadir langsung ke Istora.

'Saya sangat senang dengan turnamen ini. Hal yang selalu membedakannya dengan turnamen lain adalah dukungan dari penonton yang luar biasa. Indonesia Open merupakan turnamen dengan penonton paling ramai di seluruh dunia,' tutur Darren Parks yang menjabat sebagai Event Director BWF.

Pujian dari BWF itu membanggakan bagi pecinta bulutangkis tanah air. Namun, akan lebih membanggakan lagi tentunya jika penggemar bulutangkis Indonesia dapat melihat secara langsung atlet Indonesia berdiri di podium juara. (ivan)

Berita Artikel Lainnya