Berita > Artikel

Drama dan Dongeng di Denmark Superseries

Senin, 24 Oktober 2016 11:41:41
3524 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak



Hans Christian Andersen, selain seorang penulis dongeng yang legendaris adalah juga seorang penulis kisah drama. Tulisannya terkenal hampir di seluruh dunia dan telah dialihbahasakan ke lebih dari 125 bahasa. Tahun ini di Ondense, kota kelahiran sang penulis, proses penulisan dongeng dan drama seolah-olah masih berlangsung dan terjadi di pagelaran kejuaraan Denmark Open Super Series Open 2016.

Sebagai salah gelaran superseries premier pertama setelah Olimpiade Rio, di sinilah pemain-pemain top 10 dunia harus turun untuk pertama kalinya, kecuali beberapa dari mereka yang masih cedera, mundur karena alasan khusus atau bahkan mengakhiri karir profesinonalnya.

Kemungkinan terjadinya drama dan dongeng baru di arena bulutangkis dunia dimulai dari kejadian di atas. Dengan tidak hadirnya para pemain top, beberapa pemain yang semestinya harus memulai dari babak kualifikasi bisa langsung masuk ke babak utama dan pemain-pemain lokal Denmark di daftar tunggu bisa memiliki kemungkinan masuk babak utama melalui pertarungan babak kualifikasi.

Tuan rumah memulai kisah drama berbau dongeng tatkala pemain muda berusia 18 tahun dan berperingkat 88 dunia, Julie Dawall Jacobsen, lolos dari babak kualifikasi dan di babak pertama nyaris menjegal Carolina Marin, pemain peringkat 1 dunia dan peraih medali emas Olimpiade Rio yang baru turun gunung.

Bintang muda tuan rumah lain yang sukses membuat dongeng adalah Anders Antonsen, pemain muda berusia 19 tahun peringkat 44 dunia yang setelah lolos dari babak kualifikasi berhasil melaju sampai babak delapan besar. Namun di balik dongeng yang tercipta, tuan rumah harus menerima kenyataan pahit bahwa pemain-pemain unggulannya banyak yang tidak bisa melaju jauh.

Viktor Axelsen, pasangan-pasangan ganda putra dan bahkan Jan O Jorgensen harus tumbang di babak pertama. Bintang-bintang utama bulutangkispun tidak terhindar dari kekalahan yang memungkinkan munculnya bintang-bintang baru. Tantowi Ahmad/ Liliyana Natsir, Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Fu Haifeng, Xu Chen, Ma Jin adalah beberapa bintang yang harus terhenti. Sebagai catatan, sebagian besar dari mereka turun dengan pasangan barunya.

Tanpa pemain tunggal putri utamanya, Tiongkok tidak memiliki wakil di babak semifinal. Hal yang sama setelah sepeninggal dua ganda putri utamanya, superioritas Tiongkok habis di babak perdelapan final. Hal yang sama juga terjadi di ganda putra dan tunggal putra.

Praktis, inilah momen dimana pada kejuaraan level tinggi, Tiongkok hanya memiliki satu peluang di ganda campuran. Namun demikian, di nomor ini Tiongkok menunjukkan regenerasinya. Dimotori oleh ganda campuran paling berbahaya saat ini Zheng Siwei/ Chen Qingchen, mereka sukses dengan mendominasi babak delapan besar.

Tunggal putra menjadi cerita tersendiri, dengan absen dan tumbangnya beberapa pemain unggulan, kekalahan Lee Chong Wei melengkapi drama dan dongeng yang akan tercipta. Adalah Brice Leverdez, pemain veteran Prancis yang turut menyukseskan terjadinya drama tersebut dengan mengalahkan sang unggulan pertama.

Sayangnya cerita bak dongeng dari Perancis ini berhenti di semifinal dan digantikan dongen lainnya dari Thailand. Seperti terinpirasi meninggalnya raja mereka, pemain-pemain Thailand tampil maksimal di kejuaraan ini, memiliki tiga wakil di semifinal dan berakhir dengan melahirkan pangeran baru, pemenang kejuaraan super serier terbaru.

Di akhir kejuaraan, ganda senior Denmark Fischer Nielsen/ Christina Pedersen seolah tidak mau membiarkan kisah sedih terjadi di akhir kejuaraan dengan mempersembahkan gelar juara sekaligus membuat kejadian tidak biasa terjadi, kontingen Tiongkok tidak mendapatkan gelar juara sama sekali.

Pertandingan terakhir ditutup oleh Akane Yamaguchi yang sekali lagi membukukan kisah baru, tunggal putri termuda juara super series berturut-turut sebanyak dua kali.(Petebakar)

Berita Artikel Lainnya