Berita > Artikel

Bagaimana Mengalahkan Chen Qingchen?

Minggu, 06 November 2016 17:14:01
4929 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak



Adalah sangat menarik untuk membicarakan penampilan Chen Qingchen yang sangat ekspresif (saat memperoleh poin, baik karena bola masuk maupun unforced error dari lawan) dan catatan head to head dengan lawan-lawannya. Dengan karier di tingkat senior yang masih bisa dibilang agak baru, dua fakta di atas bisa jadi sangat erat berkaitan.

Sebelum membicarakan mengenai hal tersebut, hal utama yang perlu dicatat adalah mau tidak mau harus diakui Chen Qingchen adalah bakat terbesar di bulutangkis saat ini, dengan usianya yang belum genap 19 tahun, bakat yang dimiliki Chen Qinchen adalah luar biasa, seperti nama-nama besar Ratchanok Intanon, Taufik Hidayat, Mia Audia, Yu Yang pada saat usia mereka masih dibilang sangat belia.

Diambil dari catatan head to head yang ada di situs Tournamentsoftware.com, yang tautannya ada di bawah tulisan ini, ada pola yang menarik. Di dalam situs tersebut, masing-masing pertemuan dengan setiap lawan diwakili oleh sebuah nilai dengan sistem menang +1 dan kalah adalah -1. Apabila pernah bertemu dengan lawan yang sama lebih dari satu kali maka nilai-nilai tersebut akan diakumulasikan. 0 artinya dalam pertemuan saling mengalahkan dan +1 artinya lebih banyak menang dibandingkan kalahnya.

Secara umum baik dengan pasangan tetapnya saat ini, Jia Yifan di ganda putri dan Zheng Siwei di ganda campuran maupun dengan pasangan-pasangan sebelumnya, memiliki pola yang sama.

Pertama, Chen Qingchen lebih sering kalah dengan pemain-pemain dari Tiongkok sendiri, terutama pemain-pemain senior yang memiliki nama besar seperti Ma Jin, Xu Chen, Yu Yang, Tang Yuanting, Zhang Nan Zhao Yunlei, Bao Yixin dan Tang Jinhua. Melawan pemain-pemain Tiongkok di bawah pemain-pemain besar tersebut atau pemain-pemain seusia, bisa dikatakan tidak pernah kalah. Fakta ini sekaligus membuktikan bahwa bakat terbesar Tiongkok saat salah satunya adalah Chen Qinchen

Kedua, kekalahan yang dialami Chen Qingchen dengan pemain-pemain di luar Tiongkok hanya terjadi jika melawan pemain-pemain elit. Dengan catatan bahwa tidak semua pemain elit bisa mengalahkan Chen Qingchen terutama akhir-akhir ini.

Ketiga, berkaitan dengan timing yang disebut di poin kedua di atas, kekalahan Chen Qingchen dengan bukan pemain elit banyak terjadi sebelum tahun 2013, dimana Chen Qingchen belum banyak melakukan pertandingan internasional. Kekalahan atas pasangan ganda nomor 2 Belanda, Samantha Barning/ Iris Tabeling atau kekalahan dengan ganda Thailand.

Keempat, pada akhir-akhir ini, seiring dengan jam terbang Chen Qingchen yang terus bertambah, apabila dalam pertemuan pertama menang, Chen Qingchen akan memiliki kemungkinan besar bahwa pada pertemuan kedua akan menang atau sebaliknya bahwa apabila dalam pertemuan pertama kalah maka pada pertemuan kedua akan menang terutama apabila melawan pemain-pemain non Tiongkok.

Kelima, hal yang mencolok dan berbeda dengan pada poin keempat adalah, Chen Qingchen mengalami kekalahan beruntun dengan Fischer Nielsen/ Christina Pedersen dimana sudah cukup dikenal khalayak bahwa Fischer Nielsen adalah pemain yang sangat ekspresif dan provokatif.

Keenam, sebagai tambahan, beberapa pemain non Tiongkok yang pernah mengalahkan Chen Qingchen adalah pemain-pemain berkarakter kuat seperti Gresyia Polii dan Sapsiree Taeratnatacai.

Ketujuh, merupakan fakta terakhir, dari sedikit kekalahan terhadap pemain non Tiongkok, Chen Qingchen tercatat beberapa kali kalah dari pemain ganda puteri Jepang yang terkenal dengan rally-rally panjang yang menguras tenaga.

Kesimpulan yang mungkin bisa jadi benar, apabila memiliki kemampuan di atas rata-rata saja belum cukup untuk mengalahkan Chen Qingchen, maka bermain lebih provokatif, rally-rally panjang dan berkarakter kuat sehingga tidak terpengaruh provokasi Chen Qingchen bisa ditambahkan untuk memperbesar kemungkinan mengalahkan Chen Qingchen.(Petebakar)

Berita Artikel Lainnya