Richard Mainaky, pelatih kepala ganda campuran Pelatnas PBSI ini terlihat berada di tengah para juri Tim Pencari Bakat Audisi Umum Djarum Beasiswa bulutangkis 2018 yang kini tengah berlangsung di kota Manado. Ia terlihat begitu menikmati permainan para talenta muda Kota Tinutuan.
Bagi Richard, yang lahir tak begitu jauh dari Manado tepatnya di Ternate tahun 1965, mencari bakat-bakat muda bukanlah sesuatu hal yang sulit. Kesertaan Richard langsung sebagai juri Audisi Umum kali ini merupakan yang pertama kalinya.
''Meski ini pertama kali, tapi saya sudah terbiasa dengan hal ini. Bahkan menurut saya seru juga, melihat antusias masyarakat terhadap Audisi Djarum ini. Saya juga memantau ada beberapa peserta di Manado memiliki potensi dipemain ganda khususnya di sektor U 15 putri,'' ujar Richard, hari Sabtu (5/5) di GOR Arie Lasut, Manado.
Richard menambahkan, jika melihat rekor sejarahnya rata-rata pemain Indonesia yang berhasil ke tingkat dunia itu berasal dari Manado dan khususnya adalah para pemain putrinya.
''Saya jadi penasaran dengan pemain putranya. Semoga dengan adanya Audisi ini, kedepannya generasi pemain putra di Manado bisa sejajar dengan pemain putrinya dan jangan mau kalahlah,'' ujarnya lagi.
Di hari pertamanya, sebagai salah satu tim pencari bakat. Richard mengaku berdasarkan pengamatannya, beberapa peserta Audisi di Manado sudah memiliki tehnik bermain yang benar.
''Beberapa pemain sudah benar pukulannya tapi langkahnya salah dan sebaliknya. Namun kita pahami, pastinya pelatihan di daerah belum cukup mendalam. Saya yakin jika mereka nanti di bawah klub PB Djarum atau klub di Pulau Jawa, semua akan bisa dibenahi,'' ungkap pelatih yang mengantar sukses Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merebut medali emas Olimpiade Rio.
Richard juga memberikan wejangan bagi para peserta Audisi, agar mereka lebih bersemangat lagi dan mampu menunjukkan kemampuannya, tidak mudah menyerah serta harus tampil berani. Tanpa melihat hasil akhirnya melainkan proses untuk menuju keberhasilan itu. (ds)
Bagi Richard, yang lahir tak begitu jauh dari Manado tepatnya di Ternate tahun 1965, mencari bakat-bakat muda bukanlah sesuatu hal yang sulit. Kesertaan Richard langsung sebagai juri Audisi Umum kali ini merupakan yang pertama kalinya.
''Meski ini pertama kali, tapi saya sudah terbiasa dengan hal ini. Bahkan menurut saya seru juga, melihat antusias masyarakat terhadap Audisi Djarum ini. Saya juga memantau ada beberapa peserta di Manado memiliki potensi dipemain ganda khususnya di sektor U 15 putri,'' ujar Richard, hari Sabtu (5/5) di GOR Arie Lasut, Manado.
Richard menambahkan, jika melihat rekor sejarahnya rata-rata pemain Indonesia yang berhasil ke tingkat dunia itu berasal dari Manado dan khususnya adalah para pemain putrinya.
''Saya jadi penasaran dengan pemain putranya. Semoga dengan adanya Audisi ini, kedepannya generasi pemain putra di Manado bisa sejajar dengan pemain putrinya dan jangan mau kalahlah,'' ujarnya lagi.
Di hari pertamanya, sebagai salah satu tim pencari bakat. Richard mengaku berdasarkan pengamatannya, beberapa peserta Audisi di Manado sudah memiliki tehnik bermain yang benar.
''Beberapa pemain sudah benar pukulannya tapi langkahnya salah dan sebaliknya. Namun kita pahami, pastinya pelatihan di daerah belum cukup mendalam. Saya yakin jika mereka nanti di bawah klub PB Djarum atau klub di Pulau Jawa, semua akan bisa dibenahi,'' ungkap pelatih yang mengantar sukses Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir merebut medali emas Olimpiade Rio.
Richard juga memberikan wejangan bagi para peserta Audisi, agar mereka lebih bersemangat lagi dan mampu menunjukkan kemampuannya, tidak mudah menyerah serta harus tampil berani. Tanpa melihat hasil akhirnya melainkan proses untuk menuju keberhasilan itu. (ds)
