Berita > Artikel > Sportainment

Denis, Pehobi Bulutangkis Juara Dunia Bumerang

Sabtu, 01 Juni 2019 22:05:47
8661 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

  • Paul Bryden, Denis & John Flynn

  • Grant Perry, Denis & Takeshi Honda

  • Denis Suprana

Bagi Denis Suprana, walau kini dia lebih mendalami olahraga bumerang, namun kegemarannya terhadap olahraga bulutangkis tak akan pernah surut. Olahraga bulutangkis baginya benar-benar memberikan tantangan luar biasa.

Kegemarannya bermain bulutangkis Denis yang lahir di Semarang, 12 Desember 1997 ini, dimulai saat dirinya memasuki kelas 3 SMP. Di sekolahnya ia memasuki kelas ekstrakulikuler bulutangkis.

''Aku mulai menyenangi olahraga bulutangkis,'' cerita Denis kepada Bulutangkis.com. ''Padahal sebenarnya di kelas 1 sampe kelas 2, aku masuk ekstrakulikuler futsal, dan sering juara. Tapi aku ingin mencoba bulutangkis,'' tutur Denis melanjutkan ceritanya mengenal bulutangkis.

Di luar ekstrakulikuler, Denis masuk ke klub bulutangkis PB Tugu Muda di kotanya Semarang. Setamat SMP pun ia terus berlatih bulutangkis saat bersekolah di SMK. Sayangnya saat di kelas dua SMK, Denis yang menekuni sebagai atlet ganda tidak lagi memiliki partner bermain.

''Aku akhirnya keluar dari klub, berhenti main. Gak punya partner. Mau pindah klub, saya harus bayar uang pindah sebesar 1 juta,'' cerita Denis. Uang satu juta begitu berarti bagi keluarga, akhirnya memilih tak meneruskan berlatih bulutangkis.

Tak lagi memiliki kegiatan selepas sekolah dimanfaatkan Denis untuk membantu meringankan beban orangtua dengan mencari penghasilan tambahan. Hanya Denis belum tahu usaha apa yang harus dikerjakannya untuk bisa mencari penghasilan tambahan guna membantu orangtuanya.

Di sebelah rumah Denis, ada lapangan bermain dimana ada sekumpulan penggemar bumerang yang kerap bermain. Denis kembali ingin mencoba bermain bumerang seperti saat kecil dulu, saat ia berusia 11 tahun saat masih duduk di kelas 5 SD. Hanya saat itu Denis belum berhasil melempar bumerang dengan baik.

''Dulu saya fikir main bumerang itu mudah sekali, cukup dilempar saja, dan bumerang akan balik,'' kenang Denis saat pertama kali melempar bumerang bermain di lapangan samping rumahnya. ''Dulu waktu kecil, belum berani gabung main, masih malu-malu mau nanya-nanya juga gak berani,'' lanjut Denis.

''Saya coba main bumerang berkali-kali, tapi bumerangnya gak balik-balik,'' cerita Denis seraya tersenyum mengingatnya. Ia merasa lucu mengenangkannya. ''Akhirnya saya baru tahu, kalau main bumerang harus memperhatikan arah angin, lalu cara memegangnya dan memperhatikan tumpuan kaki,'' lanjut Denis bercerita.

Denis pun mulai bermain bumerang kembali mencoba permainan yang gagal dilakukannya semasa SD. Mencoba bermain lebih baik lagi, belajar dari sekumpulan penggemar bumerang yang kerap bermain di sebelah rumahnya. Tak hanya itu, melihat bentuk bumerang dan materialnya, Denis pun mencoba membuat bumerang di tahun 2015 untuk membantu meringankan beban keluarga. Denis membuat bumerang dari papan, namun bumerang hasil buatan Denis tak kembali saat dilempar, malah patah karena berbenturan dengan dinding beton rumah.

Ia tak putus asa, Denis pun mencari tahu dari Google bagaimana membuat bumerang yang baik. Denis akhirnya mengetahui bahwa bahan bumerang ada yang terbuat dari bahan papan plywood, abs, pvc, polypropylene, dan fiber carbon.

Belajar dari Google, Denis membuat bumerang kreasinya dari pipa paralon tebal 3 mm yang disulapnya menjadi lembaran pvc setelah melalui proses pemanasan. Kemudian Denis membuat bumerang sederhana 3 sayap, lalu dibentuk airfoilnya yang kemiringan airodinamis seperti sayap pesawat.

''Wah, saya senang sekali. Ini percobaan membuat bumerang berhasil,'' ujar Denis.

Sambil melakukan percobaan membuat bumerang, Denis juga mencari komunitas bumerang di kotanya lewat Facebook. Tetap berlatih bumerang sendiri di rumahnya dan di komunitas bumerang menjadi ajang bertukar fikiran memperdalam teknik bermain bumerang. Di komunitas bumerang pun peluang Denis mengikuti kejuaraan bumerang semakun terbuka. Yang berkesan bagi Denis saat komunitasnya masuk dalam liputan acara televisi Mister Kribo di MNCTV.

Turnamen bumerang tahunan yang ada di kota Semarang tahun 2015, bisa dibilang menjadi awal membuka karir profesional Denis di olahraga bumerang.

Saat turnamen TUNAS BUMI ke 5/2015 (Turnamen Nasional Bumerang Indonesia), Denis turut bertanding. Di sini Denis meraih juara 2 kategori MTA, dan juara 3 kategori Aussie Round. Juara yang diraih Denis ini berkat latihan keras selama 3 bulan menjelang turnamen.

Ada hal berkesan yang tak bisa dilupakan Denis yang menjadi motivasinya untuk berlatih bumerang lebih keras lagi. Saat latihan mencoba lapangan pada turnamen TUNAS BUMI ke 5, ada juri dari Australia yang melihatnya berlatih. Denis mendapat pujian akan teknik bermainnya yang luar biasa.

''Teknik bermain kamu luar bisa, kamu masih berumur 18 tahun, sudah bisa mandapatkan 56 Tangkapan katagori endurance,'' Denis mengingat pujian salah seorang juri turnamen bumerang dari Australia tersebut.

''Di katagori endurance kejuaraan dunia kamu bisa masuk 10 dunia,'' demikian pujian yang diterima Denis dari juri Australia.

''Wow!'' Denis bersorak girang dalam hati.

Perjalanan waktu akhirnya membawa Denis menjadi atlet bumerang Indonesia yang handal. Sepanjang tahun 2016 hingga 2018, Denis banyak mengikuti kejuaraan bumerang di Tanah Air. Berbagai gelar dari kategori diraihnya, mulai dari juara 1 nasional overall di Bandung, juaran 1 nasional overall di Semarang, hingga di Jogja tahun 2018 kembali menyabet juara 1 nasional overall.

Torehan prestasi nasional yang dicapai Denis akhirnya mengantarkannya ke ajang kejuaraan dunia bumerang di Australia. Denis beserta dua temannya, Fadjar Hidajat dan Fahmi Amrullah menjadi wakil Indonesia pada ajang ''50th Anniversary BAA Nationals Hunting Stick'' bulan April lalu di Bedfordale, Australia.

Hasil yang dicapai di Australia tak mengecewakan wakil Indonesia. Denis keluar sebagai juara 2 di kategori Hunting Stick yang menjadi kategori favorit. Di kategori Trick Catch Denis keluar sebagai juara 1. Fahmi meraih juara 2 di kategori Fast Catch.

Kini di peringkat dunia atlet bumerang Denis menempati peringkat 6 dunia. Sementara dua teman lainnya Fahmi berada di peringkat 9 dunia, dan Fadjar yang juga merupakan ketua Asosiasi Bumerang Indonesia (ABI) berada di peringkat 15 dunia.

Hasil yang dicapai Denis dan Fahmi di Australia ini tentunya sangat membanggakan.

''Harapan saya semoga bumerang bisa diakui dan masuk induk organisasi nasional,'' ujar Denis yang berharap bisa ikut membawa nama Indonesia pada ajang 2020 World Boomerang Cup di Bordeaux, Prancis.

Kini walau telah menjadi atlet bumerang, kecintaan Denis terhadap bulutangkis tak lekang. Walau bukan menjadi atlet handal bulutangkis, namun kegemaran bulutangkis masih dilakoninya bersama teman-teman bulutangkis di Semarang. (fk)

Berita Sportainment Lainnya