Berita > Berita > Klub

Meet and Greet Dengan Liliyana Di Sela-Sela Audisi

Senin, 28 Oktober 2019 23:39:31
3271 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak



Tak hanya ajang pertandingan saja, Audisi Umum Beasiswa Bulutangkis 2019 juga menyelipkan acara yang begitu spesial, Meet And Greet. Banyaknya para legenda di PB Djarum, menjadikan acara Meet and Greet selalu dinanti-nanti para peserta audisi. Dan di Solo Raya, bintang tamu yang hadir pun terasa sangat istimewa.

Peraih medali emas Olimpiade Rio 2019, Liliyana Natsir datang mengunjungi para peserta Audisi Solo Raya 2019. Kehadiran pemain yang biasa disapa dengan Butet di GOR RM Said, Karanganyar disambut meriah oleh para peserta Audisi.

Dalam pesan motivasi, Butet meminta kepada para peserta yang tidak lolos tidak berkecil hati. Butet pun menuturkan jika ia dan juga para atlet yang lain pernah merasakan kegagalan.

''Yang perlu diketahui oleh adik-adik yang ada disini, saya, Kevin Sanjaya Sukamuljo, Tontowi Ahmad dan juga pemain senior lainnya bisa sampai di titik juara itu pasti pernah merasakan kegagalan. Kalah, gagal kita sudah alami. Jadi di dunia olahraga itu kalah, gagal itu hal yang biasa. Yang penting kita jangan putus asa, kita tetap berusaha. Kalo gagal berarti latihannya kurang keras, kurang disiplin, kondisi badan kurang bisa dijaga, lupa latihan. Jika kali ini gagal, kita harus latihan lebih keras lagi. Jika nanti ada audisi lagi, coba lagi. Kevin Sanjaya, ikut audisi pertama gagal, ikut audisi kedua baru diterima. Jika ada disini yang belum diterima, jangan bersedih hati. Kecewa boleh tapi jangan berlarut-larut. Besok harus latihan lebih keras lagi. Siapa tau dari adik-adik di Solo Raya ini ada yang bisa meneruskan senior-seniornya,'' ujar Liliyana, Minggu (27 Oktober) mengutip di laman resmi PB Djarum.

Butet pun bercerita sambil membandingkan antara masa-masa ia sekolah dan berlatih dengan masa sekarang jika lolos Audisi.

"Semasa saya dulu, saya imbangi dengan sekolah. Pagi sekolah sorenya saya pake latihan bulutangkis. Dulu itu gak ada audisi umum. Kalo di PB Djarum kan semua serba gratis, latihan pisik, latihan teknik, makan, sekolah semua sudah ditanggung gratis. Kalau saya dulu orang tua yang suport, yang membantu mengatur. Pagi sekolah, sore latihan, malam istirahat karena besoknya harus sekolah. Kalau sekarang jika adik-adik bisa lolos PB Djarum di Kudus, semua sudah tertata dengan rapi. Pagi sekolah, pulang istirahat, makan, latihan, sore latihan lagi lingkupnya daerah situ saja. Kalau saya dulu dari rumah ke gor itu jauh. Jadi butuh support dari orang tua. Disini banyak orang tua atlet, saya berharap yang belum lolos jangan berkecil hati juga, dukung terus anaknya, jangan menyerah, coba lagi tahun depan, mudah-mudahan tahun depan audisi tetap ada dan diadakan di Solo Raya,'' sambungnya.

Tak lupa, Butet pun bercerita masa-masa sulit saat ia memtuskan pindah ke Jakarta.

''Yaitu pertama kali saya pindah dari Manado ke Jakarta. Saat umur kurang lebih dua belas tahun, saya anak bungsu yang biasanya selalu ada orang tua, waktu itu saya harus memutuskan harus pindah ke Jakarta untuk latihan di Jakarta dan pisah dengan orang tua. Itu hal terberat dalam hidup saya. Biasanya mau minum susu dibikinin, mau makan disiapin, kemana-mana dianterin, sakit ditemanin. Pada saat dua belas tahun itu saya harus mengurus semua. Bikin susu sendiri, makan sendiri. Orang lain tidak mau perduli. Saya harus semangat, gak mau kalah dengan yang lain. Persaingannya juga ketat. Perjuangan itu yang sampai sekarang tidak bisa saya lupakan. Makanya saya bilang, adik-adik disini bersyukur sekali karena ada audisi umum. Kalau lolos audisi PB Djarum dekat antara Kudus dengan Solo untuk kangen-kangenan. Apalagi sekarang jaman sudah canggih, sudah bisa video call. Jaman dulu saya ke wartel, telepon pake kartu telepon yang bolong-bolong,'' ungkapnya.

Butet pun berbagi pengalaman untuk para orang tua.

''Anak-anak jaman sekarang beda dengan jaman dulu. Mungkin dapat ditanyakan kepada anaknya, mau main bulutangkis gak sih. Karena olahraga ini gak bisa karena paksaan. Kalau anaknya mau dan pengen main, itu lebih bagus, dibanding orang tua yang maksa. Jadi harus anaknya sendiri yang pengen main bulutangkis, punya idola. Kalau anaknya setengah-setengah boleh dicoba dulu. Tapi kalau sudah lama kayanya tetap gak mau, menurut saya akan lebih baik diarahkan ke bidang yang lain,'' tuturnya.

Acara Meet and Greet ditutup dengan sesi tanya jawab dan foto bersama dengan Liliyana Natsir. (*)

Berita Klub Lainnya