Berita > Artikel

Pasca-Kegagalan di AG 2006
Kenapa Tak Melirik Bibit Atlet Pelajar?

Kamis, 21 Desember 2006 22:42:40
1972 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

Tokoh senior olahraga Indonesia, M.F. Siregar, langsung menunjuk bahwa kegagalan pembinaan dasar olahraga Indonesia adalah biang keterpurukan prestasi di Asian Games XV, yang baru usai digelar di Doha, Qatar. Menurutnya Indonesia sudah harus mengubah haluan pembinaan olahraga sebelum bicara soal prestasi.

''Kegagalan kita di Doha karena pembinaan dasar sama sekali tidak dilakukan. Jangankan aksi, perencanaan yang benar soal pembinaan olahraga usia dini saja kita sama sekali tak punya. Lebih baik konsentrasi ke pembinaan dasar daripada buang-buang uang program yang tidak jelas. Kita punya 40-50 juta bibit atlet pelajar yang belum digarap dengan benar,'' papar Siregar, pria berusia 75 tahun yang berandil besar merintis pendirian sekolah olahragawan Ragunan di awal 1970-an.

Saking buruknya pembinaan olahraga di tingkat dasar, Siregar berani memprediksi olahraga Indonesia baru akan berprestasi tinggi lagi 10 tahun ke depan. Itu dengan catatan pembinaan dasar dibenahi dengan benar.

Sinergi Tidak Berjalan

Mantan Dirjen Pendidikan Luar Sekolah dan Olahraga Depdiknas, Endro Sumarjo, mengatakan bahwa kendala yang dihadapi selama ini adalah ketiadaan sinergi antarlembaga yang menangani pembinaan olahraga.

''Tidak ada sinergi antarorganisasi yang menaungi olahraga. Misalnya induk-induk organisasi olahraga tidak merasa punya kaitan dengan olahraga pelajar yang dikelola Diknas dan Menegpora. Jadinya memang berjalan sendiri-sendiri,'' kata Endro, yang sempat aktif dalam program PSSI Primavera tahun 1996.

Senada dengan Endro adalah mantan Direktur Keolahragaan Depdiknas, yang sekarang menjabat Wakil Ketua Umum III KONI Pusat, Sri Sudono Sumarto. Menurut Sri Sudono, ketiadaan sinergi di antara lembaga yang menaungi olahraga menyebabkan semua jadi berantakan.

''Padahal usaha untuk menjaring bibit sejak usia sekolah sudah dilakukan sejak tahun 1970-an, tapi sampai sekarang tidak pernah maksimal. Kita tidak boleh berputus asa karena jalan sudah ada. Tinggal kita mau tidak merawatnya. Bibit olahragawan kita sangat banyak kok. Kalau bisa menjaring 10 persen saja dari 50 juta siswa, berarti ada 5 juta bibit yang bisa dibina,'' ujar Sri Sudono.

Sekarang semua kembali kepada kemauan seluruh insan olahraga Indonesia.(Donny Winardi/bolanews.com)

Berita Artikel Lainnya