Hasil yang ditunjukkan pemain Indonesia di kancah Korea Terbuka sungguh mengecewakan. Sejumlah pemain yang diharapkan bisa mengukir perbaikan prestasi, ternyata justru jeblok. ''Kami kecewa,'' tukas Lius Pongoh, Kepala Sub-Bidang Pelatnas PB PBSI.
Kejutan demi kejutan yang menyertai penampilan pemain Indonesia banyak di luar perhitungan. Menurut Lius, dia sangat terkejut dengan kekalahan Luluk Hadiyanto/Alven Yulianto, yang tewas di babak pertama atas ganda Inggris yang merangkak dari babak kualifikasi, David Lindley/Chris Langridge, 19-21, 21-18, 18-21.
Demikian juga Sony Dwi Kuncoro, yang ditewaskan Boonsak Ponsana (Thailand) di babak pertama. Sebagai pemain masa depan, kinerja pemain asal Surabaya itu juga belum optimal.
''Sony mestinya bisa lebih solid dan mulai menunjukkan taringnya. Kalau begini terus, nantinya ya berat. Memang, dia baru sembuh dari cedera, namun penampilannya harus lebih punya gereget lagi,'' sebut Lius.
Untuk Simon Santoso, yang tersingkir di babak ketiga dari Chen Yu (Cina), menurut Si Bola Karet, pemain asal Tegal itu sewajarnya bisa bermain lebih meningkat lagi. Kalau selalu kalah, itu berarti tidak ada peningkatan. Prestasinya bakal stagnan terus.
''Untuk Simon, jangan begini terus. Harus ada progress nya. Kalau tidak tembus-tembus, ke depannya bakal tambah berat,'' tutur Lius.
Kalaupun ada yang disebut sangat menggembirakan, menurut Lius, adalah keberhasilan dua ganda putri, Jo Novita/Greysia Polii dan Lita Nurlita/Nathalia Poluakan, yang lolos ke semifinal, bahkan Jo/Grace kemudian lolos ke final turnamen berbanderol 300 ribu dolar AS itu. (bhw)
Sumber:bolanews.com
Kejutan demi kejutan yang menyertai penampilan pemain Indonesia banyak di luar perhitungan. Menurut Lius, dia sangat terkejut dengan kekalahan Luluk Hadiyanto/Alven Yulianto, yang tewas di babak pertama atas ganda Inggris yang merangkak dari babak kualifikasi, David Lindley/Chris Langridge, 19-21, 21-18, 18-21.
Demikian juga Sony Dwi Kuncoro, yang ditewaskan Boonsak Ponsana (Thailand) di babak pertama. Sebagai pemain masa depan, kinerja pemain asal Surabaya itu juga belum optimal.
''Sony mestinya bisa lebih solid dan mulai menunjukkan taringnya. Kalau begini terus, nantinya ya berat. Memang, dia baru sembuh dari cedera, namun penampilannya harus lebih punya gereget lagi,'' sebut Lius.
Untuk Simon Santoso, yang tersingkir di babak ketiga dari Chen Yu (Cina), menurut Si Bola Karet, pemain asal Tegal itu sewajarnya bisa bermain lebih meningkat lagi. Kalau selalu kalah, itu berarti tidak ada peningkatan. Prestasinya bakal stagnan terus.
''Untuk Simon, jangan begini terus. Harus ada progress nya. Kalau tidak tembus-tembus, ke depannya bakal tambah berat,'' tutur Lius.
Kalaupun ada yang disebut sangat menggembirakan, menurut Lius, adalah keberhasilan dua ganda putri, Jo Novita/Greysia Polii dan Lita Nurlita/Nathalia Poluakan, yang lolos ke semifinal, bahkan Jo/Grace kemudian lolos ke final turnamen berbanderol 300 ribu dolar AS itu. (bhw)
Sumber:bolanews.com
