Berita > Berita

Kejuaraan Bulutangkis JPGG Sateliite 2006
Was-Was meski Panen Pujian

Minggu, 10 September 2006 13:31:34
1799 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

JAWA Pos Gudang Garam (JPGG) Satellite 2006 telah usai kemarin. Namun, panitia pelaksana belum lega sepenuhnya. Mereka masih was-was menunggu keputusan IBF (Federasi Bulutangkis Internasional) berkaitan dengan keberlanjutan nasib even berhadiah USD 10 ribu (sekitar Rp 90 juta) di tahun mendatang.

Itu disebabkan IBF hanya memperbolehkan satu kejuaraan bertaraf satellite di tiap negara. Saat ini, Indonesia memiliki dua kejuaraan dengan level tersebut. Selain JPGG masih ada Jakarta Open,

Maka, ada dua kemungkinan bagi JPGG untuk tahun depan. Jika mendapatkan penilaian bagus tentang pelaksanaannya kali ini, JPGG mendatang akan tetap mengalungi predikat satellite yang sudah dua tahun dimilikinya. Sebaliknya, jika IBF memutuskan Jakarta Open lebih baik, maka JPGG bakal turun tingkat menjadi sirkuit nasional (Sirnas).

Saya benar-benar salut dengan pelaksanaan JPGG kali ini, baik dari segi kompetisi maupun di luar hal itu. Sebanyak 10 negara yang mengikuti even satellite bukanlah jumlah yang sedikit, ujar Mimi Irawan, repre-sentatif PB PBSI, kemarin.

Mimi pun tak enggan merinci kelebihan JPGG dibandingan Jakarta Open. Selain peserta negara yang ambil bagian, keunggulan JPGG itu antara lain pada sarana di dalam GOR yang sudah dilengkapi pendingin, besarnya hadiah yang disediakan panpel, akomodasi dan transportasi yang lebih nyaman dan mudah, peliputan oleh media massa setiap hari, dukungan sponsor yang tak segan mengadakan acara welcome dinner yang sangat meriah, dan siaran langsung televisi.

Pengakuan itu tak hanya datang dari PB PBSI, tetapi beberapa peserta mengakui keunggulan JPGG dibandingkan Jakarta Open. Surabaya jauh lebih baik dibandingkan Jakarta. Iklim kompetisi di sini lebih hidup dibandingkan di Jakarta. Itu disebabkan pebulutangkis dari klub-klub juga sangat bagus kualitasnya dan negara-negara pesertanya pun lebih banyak, ujar Rashid Sidek, pelatih Timnas Malaysia.

Manajer tim bulutangkis Singapura, Chua Yong Joo, pun mengamini pendapat Rashid. Selain dari segi kompetisi, Chua malah mengaku lebih senang jika mengantarkan para pebulutangkisnya ke Surabaya diban-dingkan Jakarta karena alasan kemanusiaan. Panpel Surabaya lebih terasa kekeluargaannya dibandingkan Jakarta, kata Chua.

Para pebulutangkis Jepang pun ingin kembali datang ke Kota Pahlawan. Bahkan, mereka berjanji bakal kembali turut meramaikan persaingan di JPGG tahun depan. Meski Surabaya panas, tahun depan saya akan kembali lagi ke sini, ujar Tago Kenichi, salah satu pebulutangkis asal Negeri Sakura sebelum meninggalkan Surabaya kemarin sore.

Memang, panpel tak mau menganggap enteng pelaksanaan JPGG kali ini. Dengan optimal mereka berusaha untuk mempertahankan JPGG agar tetap berpredikat satellite.

Kami berusaha menyajikan JPGG Satellite 2006 ini lebih baik daripada Jakarta Open. Hanya satu kekurangan kami, Surabaya bukanlah ibu kota negara, seloroh Wijanarko Adi Mulya, ketua pelaksana JPGG Satellite 2006.

Sumber:indopos.co.id

Berita Berita Lainnya