Berita > Artikel

Evaluasi dari Hasil SEA Games

Rabu, 07 Desember 2005 14:31:29
2850 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

PESTA olahraga negara-negara Asia Tenggara, SEA Games, usai sudah. Tidak meleset dari perkiraan, tuan rumah, Filipina, akhirnya keluar sebagai pengumpul medali emas terbanyak dengan meraih 113 medali emas. Sementara Indonesia, seperti diduga sebelumnya, terpuruk di urutan kelima di bawah Filipina, Thailand, Vietnam, dan Malaysia, dengan perolehan 49 medali emas. Meskipun berada di urutan kelima, tidak semua cabang olahraga yang diikuti Indonesia dibilang gagal. Setidaknya ada empat cabang yang bisa dikatakan sukses, yaitu bulutangkis, tenis, karate, dan boling.

Bulutangkis keluar sebagai juara umum dengan mendulang empat medali emas. Tenis juga keluar sebagai juara umum dengan tiga medali emas. Cabang karate juga keluar sebagai juara umum dengan mengumpulkan lima medali emas. Sedangkan untuk cabang boling, meski tidak menjadi juara umum, namun perolehan tiga medali emas merupakan lonjakan besar dari SEA Games 2003 di Vietnam yang tidak berhasil meraih emas.

Sementara itu, untuk cabang berkuda, dance sport, dan sepak bola, tidak berhasil meraih medali sama sekali. Dance sport yang baru pertama kali dipertandingkan di SEA Games, Indonesia hanya berhasil masuk babak final saja, begitu juga dengan berkuda. Yang paling parah adalah sepak bola. Dengan kekuatan 40 atlet, 20 putra dan 20 putri, Indonesia tidak berhasil membawa pulang satu medali pun. Harapan meraih medali sebenarnya ada pada sepakbola putra, sayang dalam perebutan tempat ketiga, Indonesia kalah dari Malaysia.

PERTANYAANNYA adalah kenapa kita gagal? Bukankah kita sudah melakukan berbagai persiapan untuk mempertahankan posisi tiga besar. Kita sudah mengirim beberapa atlet melakukan pemusatan latihan di luar negeri, sama seperti yang dilakukan negara lain. Kita juga sudah membuat program Indonesia Bangkit, sama seperti negara lain meski dengan nama berbeda. Tetapi kenapa kita gagal?

Kalau semua persiapan yang dilakukan negara lain sudah kita lakukan, tentu ada yang salah dengan persiapan kita. Terlepas kecurangan yang dilakukan tuan rumah, setidaknya ada empat hal yang perlu kita benahi. Pertama, selama ini kita terlalu asyik mengukur kemampuan diri sendiri tanpa memantau kekuatan lawan. Kita tidak tahu lawan sudah semaju apa. Di tenis misalnya, kita tiba-tiba kaget ketika Filipina diperkuat pemain berperingkat 200-an dunia, Cecil Mamit.

Kedua, kita kurang mengembangkan science sport. Hal ini sudah dilakukan Cina dengan mempelajari ilmu olahraga untuk mencetak atletnya hingga tingkat dunia.

Ketiga, manajemen olahraga kita kacau balau. Sepak bola misalnya, bagaimana bisa maju kalau pimpinan tertingginya mendekam dalam penjara, tidak bisa memantau persiapan atletnya secara langsung. Dan, yang terakhir, kita kurang dana. Untuk menjadi juara umum di SEA Games, Filipina menyediakan dana Rp 800 miliar. Thailand Rp 660 miliar. Sedangkan Indonesia, hanya sekitar Rp 60 miliar.

KARENA itu, secepatnya kita harus mengevaluasi kegagalan kita di SEA Games. Evaluasi harus dimulai dari Kantor Menteri Negara Pemuda dan Olahraga, kemudian Komite Olahraga Nasional Indonesia, terakhir baru induk-induk organisasi. Kalau evaluasi tidak dilakukan menyeluruh, jangan harap target 10 medali emas di Asian Games, Doha, Qatar 2006 mendatang bisa terwujud. Bagaimana pun, sebenarnya olahraga membawa nama bangsa.

Sumber:www.suarapembaruan.com

Berita Artikel Lainnya