Berita > Artikel

Rupiah Oh Rupiah

Kamis, 08 Desember 2005 17:13:08
2466 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

Oleh Gungde Ariwangsa

RUPIAH pasti menggiurkan hampir setiap orang di Indonesia. Semuanya mengejar mata uang negara Republik Indonesia ini untuk bisa bertahan hidup. Ada yang banting tulang berkerja siang dan malam tanpa mengenal hari libur demi rupiah. Ada pula yang bunuh-bunuhan karena memperebutkan rupiah.

Bahkan disadari atau tidak, rupiah menjadi sumber utama dari korupsi yang menggerogoti kehidupan ekonomi Indonesia. Dari rupiahlah orang terinspirasi untuk melakukan kongkalikong.

Atasan menekan anak buahnya untuk melakukan tahu sama tahu. Anak buah menyogok atasannya juga dengan maksud yang sama.

Begitulah rupiah diagungkan. Meskipun kini nilainya terus merosot bila dibandingkan dengan mata uang negara lainnya. Apalagi bila dihubungkan dengan dolar Amerika Serikat. Pokoknya rupiah terus diburu.

Namun rupiah yang diagungkan itu ternyata tidak dihargai di Filipina. Begitu sampai di Filipina untuk meliput SEA Games XXIII beberapa rekan dari Indonesia menukar uang dolarnya ke mata uang Filipina, peso. Setelah habis persediaan dolarnya di dompet lalu mencoba menukar rupiah langsung ke peso. Namun apa jawaban pegawai bank tempat penukaran uang di Bandara Ninoy Aquino International Airport, Manila? Rupiah tidak diterima di sana.

Langsung saja kepala menggeleng. Mata pun sedikit melotot karena tidak percaya. Rupiah di negara yang mengaku saudara sesama negara Asia Tenggara ternyata tidak diterima. Hati pun mulai bertanya-tanya, ada apa gerangan? Apakah karena rupiah banyak dipalsu?

Jawaban baru diketahui ketika mengetahui nilai tular rupiah dengan peso. Ternyata satu rupiah sama dengan 1/250 uang peso. Jadi satu peso sama de-ngan Rp 250. Begitulah nilai rupiah. Berarti ini mencerminkan bagaimana tingkat kehidupan di Indonesia dan Filipina. Singkatnya dapat dikatakan Filipina lebih baik.

Mau tahu lagi bagaimana pandangan orang Filipina terhadap rupiah? Seorang sopir taksi ketika diberikan uang Rp 5.000, dia karena jumlahnya amat besar. Tapi ketika disebutkan itu nilainya hanya 20 peso maka sopir taksi itu mengatakan, uang negara Anda hanya menang angka saja. Sedangkan nilainya kecil. Begitulah rupiah tidak bisa membanggakan Indonesia di Filipina.

Sudah terpukul oleh nilai rupiah, ternyata penampilan kontingen olahraga Indonesia di SEA Games XXIII juga tidak mampu memberikan kebanggaan. Terseok-seok sejak hari pertama pesta dan sampai kemarin malam terus berada di posisi lima besar. Posisi terendah yang pernah dihuni kontingen Merah Putih sejak tampil di SEA Games 1977.

Indonesia kini bukan saja dilewati Thailand yang selama ini dianggap sebagai saingan terbesar. Posisi Indonesia juga sudah didesak oleh Filipina, Vietnam dan Malaysia. Suatu pukulan yang amat pahit bagi Indonesia yang sempat malang melintang sebagai raksasa olahraga Asia Tenggara yang seakan tidak tersentuh sampai 1985.

Nilai rupiah dan merosotnya prestasi olahraga Indonesia di SEA Games Filipina benar-benar membutuhkan perhatian serius. Untuk rupiah jelas pemerintah harus lebih serius mengelola perekonomian Indonesia. Rupiah harus bisa dibangkitkan sehingga bisa diakui dan disegani untuk tingkat Asia Tenggara dulu.

Demikian juga dengan olahraga. Pemerintah tidak bisa bersikap acuh tak acuh atau mengenyampingkan dunia olahraga di tanah air. Seusai SEA Games XXIII ini pemerintah harus turun tangan memikirkan bagaimana kembali mengangkat prestasi olahraga Indonesia. Negara-negara ASEAN lainnya memberikan perhatian yang besar terhadap olahraga di negaranya masing-masing. Indonesia kenapa tidak? ***

Sumber:www.suarakarya-online

Berita Artikel Lainnya