Oleh : Dania Ciptadi
Soal skor baru 21, sori kalo basi ngomonginnya. Tapi baru sekarang ini guwe ngeliat secara langsung sisi negatifnya.
Sisi negatifnya:
1. Ketegangan jauh berkurang, udah 20 terus 21 menang begitu saja walaupun servis ada di tangan lawan.
2. Resiko tinggi sehingga pemain cenderung lebih berhati-hati dan kurang bermain dengan banyak gaya, kelebihan dari bultang, sehingga terlihat monoton dan terkadang malah terlihat mereka bukan bertanding tetapi sedang latihan.
3. Sepertinya kualitas level pemain jadi kurang begitu kelihatan karena (selain karena point #2 di atas) skor tanding sekarang tidak bisa menjadi acuan level pemain, misalnya, jarang sekali lawan yang kalah nilainya di bawah 10. Kalau dulu akan sangat kelihatan beda levelnya, misalnya karena kalah 15-3 atau 15-6. Kita bisa cukup yakin bahwa mereka yang kalah 15-11 atau 15-12 levelnya harusnya tidak terlalu jauh dari lawannya yang menang. Tetapi dengan sistem baru, skor menjadi dipengaruhi oleh banyak faktor: level pemain, rating, unforced error, kehati-hatian pemain (yang bisa menyamarkan level pemain) dan lain-lain.
Sebagai pecandu dan penonton bultang, jujur saja saya kecewa karena bultang jadi tidak semenarik dulu. Saya coba bandingkan dengan pingpong yang menggunakan sistem sama. Kenapa pingpong bisa seru dengan sistem tersebut?
Hipotesis saya, permainan pingpong sebenarnya jauh lebih mononton daripada bultang. Karena cara teknik menepoknya jauh lebih sedikit dari pada bultang dan permainan pingpong terjadi sangat cepat (waktu bola antara dari bet 1 ke bet lawan hanya dalam hitungan sepersekian detik) dan rally sering terjadi panjang, maka sistem skor yang diarahkan pada kecepatan dengan set 3 winning score sangatlah tepat. Greget didapat pada saat bola ditepok sana-sini dengan kecepatan tinggi.
Bagaimana dengan bultang?
Gaya main bultang jauh lebih banyak dan lebih menarik untuk dilihat sehingga skor 21 yang membuat pemain bermain dengan hati-hati dan tidak mengeluarkan trik yang aneh-aneh kurang tepat diaplikasikan.
Greget bultang jadi didapat bukan hanya dari kecepatan, tetapi lebih ke arah trik-trik penempatan bola dan teknik pukulan yang aneh-aneh, yang tentu saja sedikit banyak hilang dengan adanya skor 21.
Singkat kata, saya KECEWA BERATZ dengan skor 21.
Sumber: badminton-indonesia@yahoogroups.comFISIP UI Open 2024
Maraknya Pertandingan dan Antusiasme Penonton
FISIP UI Open 2024
Wadah Regenerasi Atlet Bulutangkis Indonesia
Bagai Merpati Kembali Ke Sarangnya, Flandy Limpele Pun Begitu
BNI BrightUp Cup, Turnamen Persiapan HSBC BWF World Tour Finals 2022
KB Financial Group Indonesia Masters 2022 Berakhir dengan Sukses
PBSI Buka Suara Soal Gosip Yang Terjadi Di Skuad Ganda Putra
AirBadminton Resmi Dipertandingkan di ANOC World Beach Games 2023