Bisingnya suasana stadion Istora Senayan yang biasa dipakai untuk menggelar turnamen bulutangkis bergengsi, ternyata membawa keuntungan buat para pebulutangkis Indonesia. Bertanding di negeri orang dan menghadapi tuan rumah tak menjadi kendala buat mereka, pasalnya mereka sudah terbiasa dengan suasana di Istora Senayan yang berkali-kali lebih riuh.
Hal ini diungkapkan oleh pasangan ganda putri Anggia Shitta Awanda/Della Destiara Haris yang di babak ketiga BWF World Championships 2014 hari Kamis (28/08) kemarin menghadapi wakil tuan rumah, Line Damkjaer Kruse/Marie Roepke. Seperti sudah diduga, Anggia/Della tak hanya berhadapan dengan lawan di lapangan, tetapi juga di luar lapangan yaitu penonton yang memenuhi stadion Ballerup Super Arena.
'Awalnya mau masuk lapangan sudah terdengar suara penonton yang mendukung lawan kami. Saat itu rasanya memang agak gimana ya, tetapi setelah masuk lapangan dan main sih biasa-biasa saja,' kata Della kepada tim media PBSI yang ikut menyaksikan laga kejuaraan dunia di Copenhagen, Denmark.
'Kami tidak merasa tegang menghadapi lawan yang didukung penonton. Soalnya kami sudah biasa bertanding di Istora, di sini tidak ada apa-apanya kalau dibanding Istora. Lagipula penonton di sini kalau memberi dukungan bicaranya pakai bahasa mereka dan kami tidak mengerti, jadi kami tidak terlalu perduli sih,' ungkap Anggia sambil tertawa.
Anggia/Della mengaku sudah cukup terbiasa menghadapi pemain dari Eropa yang memiliki tipe permainan berbeda dengan pemain Asia. Berbekal pengalaman ini, Anggia/Della pun tak banyak kesulitan menghadapi Kruse/Roepke, keduanya menang dua game langsung, 21-18, 21-16. Senada dengan Anggia/Della, Greysia/Nitya pun mengaku tak terganggu akan dukungan penonton kepada lawan karena mereka sudah terbiasa akan suasana di Istora. (badmintonindonesia.org)