Setelah dikejutkan dengan tumbangnya Malaysia di babak penyisihan grup C kembali di laga delapan besar dua peringkat teratas grup C harus tersingkir dini sebelum babak semifinal. Jerman lebih dulu hengkang setelah ditundukkan oleh juara grup B, Korea Selatan. Sementara itu Taiwan menyusul Jerman setelah menelan kekalahan 0-3 atas Denmark di pertarungan perempatfinal sesi kedua. Thailand akhirnya membuat sejarah untuk pertama kalinya melenggang ke empat besar.
Meskipun di atas kertas empat tim unggulan sudah sesuai berdasarkan ranking terbaik dari masing-masing negara. Namun fakta di lapangan menunjukkan bahwa komposisi unggulan dan pendistribusian anggota masing-masing grup ternyata tidak berimbang. Unggulan grup C, Malaysia sudah lebih dulu tersingkir dini di babak penyisihan. Sementara itu Jerman yang tampil memukau di laga sebelumnya kali ini justru takluk 3 gim langsung atas Korea Selatan.
Berbekal kemenangan di turname Canada Open 2011 yang lalu atas Ko Sung Hyun/Kim Ha Na, duo Jerman Michael Fuchs/Birgit Michels sebenarnya berpeluang untuk merebut kemenangan. Hal ini terbukti pada gim pertama keduanya mampu merebut set ini setelah sebagian besar didominasi oleh Ko/Kim. Meskipun harus melewati tiga kali match point, Michael/Birgit akhirnya memastikan kemenangan Jerman 24-22.
Kendornya tekanan yang diberikan oleh Michael/Birgit serta banyaknya kesalahan yang mereka lakukan membuat Ko/Kim tak terbendung dan merebut set kedua, 21-11. Meskipun sempat bangkit dan beberapa kali balik menyerang, Michael/Birgit masih belum mampu membendung permainan taktis ganda Korea Selatan sehingga menyerah 13-21.
Bersama dengan Lee Yong Dae, Ko Sung Hyun yang berulang tahun pada tanggal 21 Mei yang lalu kembali mempersembahkan poin bagi negaranya setelah membungkam ganda Jerman, Ingo Kindervater/Johannes Schoettler. Hanya dalam tempo kurang dari 30 menit, Ko/Lee menumbangkan duet Jerman, 21-13, 21-10.
Pertandingan yang cukup menguras energi justru terjadi di sektor tunggal putra. Absennya Shon Wan Ho menyebabkan Lee Dong Keun kembali menjadi andalan di sektor tunggal putra. Tugas tersebut berhasil dilaksanakan dengan baik oleh Lee saat menantang Dieter Domke yang secara postur lebih tinggi dan bertenaga. Dengan permainan taktisnya Lee mampu mendominasi paruh awal gim pertama hingga kedudukan 13-9 namun Dieter Domke sempat bangkit dengan meminimalisir kesalahan sendiri dan tampil menekan lewat smash-smash kuatnya. Sayangnya di poin-poin krtisi Domke justru tampil kurang sabar dan melakukan kesalahan yang tidak perlu. Lee mengamankan set pertama, 21-19.
Domke masih belum dapat meminimalisir kesalahannya sendiri di gim kedua. Namun tunggal Jerman tersebut mampu menekan pertahanan Lee dengan smash-smash keras yang menjadi senjata andalannya. Dengan postru tubuh yang lebih jangkung Domke beberapa kali memaksa Lee untuk memungut bola setelah sukses menggempur pertahanan tunggal Korea tersebut. Meskipun Lee sempat menyamakan kedudukan di angka 20 memanfaatkan keslaagan sendiri yang dilakukan Domke, pemain Jerman tersebut mampu belajar dari kesalahan di gim pertama dan berhasil memaksakan rubber game, 22-20.
Persaingan ketat antara kedua pemain kembali tersaji di gim ketiga. Dengan selisih 1-3 angka dan saling bergantian memimpin. Pertandingan antara kedua pemain menjadi sulit untuk ditebak. Momentum keunggulan Domke 18-15 tak mampu dipertahankan oleh wakil Jerman tersebut sehingga takluk 19-21.
'Saya tidak memiliki pilihan lain karena hanya saya yang tersisa di sektor tunggal putra. Tapi saya bangga bisa menjadi tunggal pertama Korea dan hal tersebut meningkatkan kepercayaan diri saya. Saya mampu menang di setiap pertandingan sejak hari pertama. Setiap pertandingan tersebut mungkin ketat tapi menjadikan saya lebih matang dan meningkatkan level permainan saya,' ujar Dong Keun paska pertandingan.
Lolosnya Korea ke babak semifinal memungkinkan sang negeri ginseng untuk bertemu dengan Thailand atau Jepang. Namun ternyata Lee sudah mempersiapkan diri menghadapi tunggal terbaik dari negara-negara tersebut.
'Saya belum pernah menghadapi Boonsak atau Tago sebelumnya tapi saya sudah menonton dan menganalisa video pertandingan mereka. Saya sudah menyiapkan diri. Momentum ada pada negara kami dan saya merasa percaya diri sekarang,' pungkasnya kemudian.
Sementara itu Taiwan juga harus mengalami nasib serupa dengan Jerman. Juara grup C yang tampil dominan atas Malaysia dan Jerman tersebut gagal membendung perlawanan unggulan grup D, Denmark.
Joachim/Christinna membuka jalan bagi timnya saat menekuk duet Taiwan yang pernah menduduki peringkat 5 dunia, Chen Hung Ling/Cheng Wen Hsing. Hanya membutuhkan waktu 40 menit bagi duo Denmark untuk menghempas Chen/Cheng, 21-13, 21-16.
Mathias Boe/Carsten Mogensen menjadi penentu di sektor ganda putra dengan menundukkan pasangan bersinar Taiwan, Lee Sheng Mu/Tsai Chia Hsin. Mencoba untuk menerapkan strategi menekan seperti saat menggulingkan Koo/Tan, pasangan Denmark ternyata memiliki pertahanan yang jauh lebih baik. Sempat menempel ketat perolehan poin Lee/Tsai hingga kedudukan 16-16, tandem Taiwan akhirnya menyerah 18-21 di gim pertama. Set kedua sepenuhnya menjadi milik Mathias/Carsten saat mampu mengambil alih kontrol permainan dan balik menekan. Unggul jauh 10-4 hingga 18-9, Mathias/Carsten memastikan kemenangan Denmark, 21-11.
Sebelumnya Jan O Jorgensen sudah lebih dulu mengoleksi poin untuk Denmark dengan menundukkan Hsueh Hsuan Yi. Sempat kehilangan gim kedua, 14-21 setelah unggul 21-18 di gim pertama, Jorgensen tak terbendung di gim ketiga dan memetik kemenangan telak 21-7 atas tunggal Taiwan tersebut.
'Set kedua saya sempat kehilangan kecepatan dan akurasi di depan net. Dia mampu mengambil alih permainan net dan melakukan banyak smash. Semua senjatanya adalah permainan net dan smash berkualitas. Hanya ada dua kemungkinan, dia tampil sangat baik atau tidak sama sekali,' ungkap Jorgensen usai pertandingannya.
Dengan hasil ini Denmark akan menantang juara bertahan China di babak empat besar untuk memperebutkan satu tiket final. 'China adalah sebuah negara besar dan sudah menang di banyak kesempatan. Mungkin mereka tidak tampil bagus hari ini (saat menghadapi Indonesia) tapi hal tersebut tidak akan terjadi dua kali beruntun,' lanjutnya kemudian.
Thailand, Semifinalis ke-6 Setelah 24 Tahun
Perseteruan tersengit kedua setelah Indonesia versus China terjadi antara Thailand dan Jepang. Dua negara yang sama-sama memilki ambisi besar untuk menjadi semifinalis ke-6 pada perhelatan 24 tahun turnamen Sudirman Cup berharap dapat menyajikan pertarungan ketat hingga 5 gim. Namun kekalahan tak terduga sektor ganda putra Jepang memuluskan langkah Thailand sekaligus membuktikan bahwa meskipun gagal di penyisihan grup, negara tersebut tetap layak menjadi sang unggulan.
Sudket Prapakamol/Saralee Thongthongkam yang sebelumnya menelan kekalahan telak atas ganda Korea Selatan, kali ini berhasil memperbaiki performanya saat menjamu wakil Jepang, Hirokatsu Hashimoto/Miyuki Maeda. Sempat memberikan perlawanan ketat di gim pertama sbeelum menyerah 19-21, Hirokatsu/Noriyasu justru mengalami antiklimaks di set kedua dan menyerah muda 9-21.
Kemenangan Kenichi Tago atas Tanongsak Saensomboonsuk 22-20, 21-18 sempat memperpanjang nafas Jepang atas Thailand. Namun sang negeri sakura kembali tertinggal 1-2 setelah terjadi kejutan atas ganda putra mereka, Hiroyuki Endo/Kenichi Hayakawa. Menghadapi ganda muda Thailand, Maneepong Jongjit/Nipitphon Puangpuapech, tandem Jepang gagal memanfaatkan momentum set pertama saat unggul 20-16. Mental bertanding yang kurang membuat mereka akhirnya menyerah 25-27. Kemenangan gim pertama menjadi motivasi kuat pasangan Thailand untuk bangkit. Keduanya kembali merebut gim kedua, 21-16 untuk Thailand.
'Mungkin ini kali pertama kami masuk ke semifinal jika berhasil menang. Tapi hal tersebut tidak memperngaruhi performa saya karena saya hanya fokus untuk mengalahkan pemain Thailand, bukan untuk masuk ke semifinal. Jika mampu melakukan hal tersebut, tentu akan berdampak besar bagi para pemain junior kami. Ini bukan tentang membuat sejarah namun untuk menentukan langkah ke depan bagi tim Jepang,' tutur Tago usai pertandingannya.
Harapan Tago sayangnya tidak mampu terealisasi setelah pada partai keempat Sayaka Takahashi gagal menundukkan pemain terkuat Thailand, Ratchanok Intanon. Intanon yang sempat dikabarkan cedera ternyata mampu tampil baik meskipun sempat kehilangan gim kedua 9-21 setelah unggul 21-19 di set pertama. Intanon bahkan sempat tertinggal 17-19 di gim ketiga namun kematangannya terbukti mampu membalikkan keadaan dan memastikan kemenangan Thailand, 21-19.
'Pertandingan saya sangat penting sehingga saya berusaha fokus. Saya tahu jika saya kalah tim kami mungkin tidak akan mampu ke semifinal karena ganda putri Jepang lebih kuat dari kami,' ujar Intanon.
Belajar dari taktik yang dijalankan Indonesia, Thailand akhirnya memutuskan Saralee untuk kembali tampil di sektor putri bersama Kunchala Voravichitchaikul. Hal ini untuk membendung ketangguhan pasangan Jepang, Misaki/Ayaka yang bercokol di peringkat dua dunia. Namun beruntung, Intanon lebih dulu mengantongi poin untuk Thailand.
'Sayaka sangat bagus dalam pertahanan maupun serangan. Banyak pukulan saya yang bisa membunuhnya namun senantiasa mampu dikembalikan oleh Sayaka dan saya sempat kehabisan akal,' ujar pemain peringkat 5 dunia ini.
Sementara itu perjuangan tim Indoenesia atas China ternyata menginspirasi banyak negera, termasuk Thailand. Hal ini diungkapkan oleh manajer tim gajah putih tersebut, Udom Luangphetcharaporn.
'Indonesia kalah 0-5 di babak penyisihan grup namun mampu memetik 2-3 di babak delapan besar. Semoga kami bisa melakukan hal yang sama atau bahkan lebih baik!,' ungkap Udom yang dijadwalkan timnya akan bertemu Korea Selatan untuk satu tiket final.
'Ini mungkin hasil terbaik kami di Sudirman Cup namun bukan formasi terbaik tim kami. Kami tidak punya banyak pemain yang dapat di gonta ganti setiap pertandingan yang berbeda. Kita bisa mendapatkan komposisi yang lebih bagus dari ini tapi hari ini mereka tampil sangat baik,' lanjutnya kemudian.
Sementara itu kepala pelatih Jepang mengungkapkan kekalahan terbesar mereka ada di sektor ganda putra yang diharapkan mampu menyumbang poin.
'Kami berharap bisa menang karena ini kesempatan pertama kami ke semifinal. Ganda campuran sempat berpeluang menang karena tampil baik di awal-awal namun ternyata kalah dan sempat membuat down para pemain lain. Faktor utama kekalahan hari ini adalah di sektor ganda putra yang seharusnya mampu merebut poin. Sayaka sempat memberikan perlawanan ketat atas Intanon namun gagal di poin-poin akhir. Dia bermain terlalu berhati-hati. Butuh lebih banyak pengalaman di turnamen-turnamen besar,' ujar Park.
Park juga menyebutkan bahwa Indonesia merupakan tim dengan mental juang terbaik. Namun Korea Selatan tetap berpeluang untuk menyulitkan China di partai final.
'China tetap yang terbaik, peluang mereka paling besar. Yang kedua tentu saja Korea Selatan karena mereka tampil semakin percaya diri setiap pertandingan. Indonesia memiki mental juang terbaik. China memang tim terkuat namun mereka kalah di Uber Cup 2010, jadi siapa yang tahu nanti?,' lanjutnya kemudian. (FEY)