Berita > Berita

Ratchanok Intanon, 'Cinderella'' Nyata Bulutangkis

Senin, 12 Agustus 2013 14:44:23
6567 klik
Oleh : admin
Kirim ke teman   Versi Cetak

Paska menjadi kampiun termuda di turnamen World Championships Junior 2009, kiprah pemain tunggal Thailand Ratchanok Intanon perlahan mulai menanjak di sektor senior. Puncaknya adalah di tahun 2013 ini dengan menjadi finalis termuda All England SS Premier 2013. Disusul kemudian mahkota Superseries termuda di India dan akhirnya emas BWF World Championships 2013 pun berhasil dikantonginya masih dengan satu kata kunci '˜termuda'™ sepanjang sejarah.

Tak berbeda jauh dengan kisah cinderella di negeri dongeng, Ratchanok Intanon merupakan versi nyatanya di dunia bulu tangkis. Memiliki orang tua yang bekerja sebagai buruh pabrik Ratchanok yang kala itu berumur 5 tahun senantiasa dibawa ke tempat mereka bekerja. Sang pemilik pabrik yang mengetahui bahaya tempat tersebut bagi anak-anak akhirnya memutuskan untuk mengirim Ratchanok beserta beberapa anak lainnya ke sebuah akademi bulutangkis. Berkat tangan dingin seorang Xie Zhunhua, atlet China yang merupakan sparring partner Li Yongbo namun memutuskan untuk hijah ke Thailand 21 tahun yang lalu, Intanon kecil mulai mengasah kepiawaiannya bermain bulutangkis.

Hasil nyata mulai terlihat saat Intanon berusia 14 tahun. Gelar juara dunia junior sektor tunggal putri berhasil dimahkotainya pada tahun 2009. Tak berhenti sampai disana, Intanon juga menjadi '˜ratu'™ di nomor yang sama selama tiga tahun beruntun. Karir internasional Intanon tak hanya bersinar di kancah junior namun juga di level senior pada tahun 2009 dengan gelar perdananya di turnamen Vietnam International Challenge. Setahun setelahnya, Intanon berhasil meraih gelar di turnamen Vietnam Open GP dan Indonesia Open GP Gold.

Di tahun 2010 juga Intanon mulai menapakkan kakinya pada ajang Superseries. Ketatnya kompetisi di turnamen ini membuat Intanon hanya mampu mengukir prestasi terbesar sebagai perempatfinalis setelah berjibaku selama lebih dari setahun. Namun berkat motivasi dan semangat juangnya Intanon berhasil memperbaiki hasilnya dengan menjadi semi finalis Denmark Open SS Premier 2011. Setahun kemudian, nama Intanon mulai berkibar saat mampu duduk di empat besar BWF Superseries Masters Finals 2012.

Hasil yang cukup baik di penghujung 2012 ternyata merupakan bekal bagi seorang Intanon untuk memaksimalkan potensinya pada tahun 2013. Di usianya yang masih belum genap 19 tahun artinya masih lolos kualifikasi kejuaraan junior, Intanon berhasil melejitkan prestasinya dengan melangkah ke babak final turnamen All England SS Premier 2013. Meski kalah dari Tine Baun, Intanon kembali mencatatkan diri dalam sejarah sebagai pemain finalis termuda untuk kelas Superseries Premier. Tak butuh waktu beberapa lama, gelar Superseries termuda akhirnya di rebut oleh Intanon pada turnamen India Open SS 2013.

Absen di turnamen Indonesia Open SS Premier 2013 dan Singapore Open SS 2013 karena cedera kakinya, Ratchanok ternyata mampu memaksimalkan masa rehatnya untuk tampil maksimal di ajang BWF World Championships 2013. Meskipun tidak melewati nama-nama besar di turnamen ini sejak babak pertama, Intanon yang menempati unggulan ke-4 sukses menunjukkan kualitasnya saat menantang dua pembunuh raksasa, Carolina Marin (Spanyol) dan Pusarla Venkata Sindhu (India). Puncak performa dan prestasi Ratchanok akhirnya benar-benar teruji saat mampu melangkah ke partai puncak dan dihadang oleh unggulan teratas, Li Xuerui.

Xuerui bukan merupakan nama baru di bulutangkis khususnya selama dua tahun ke belakang. Empat gelar Superseries mampu dikoleksi Xuerui sepanjang tahun 2012 di tambah lagi mahkota Superseries Final, Kejuaraan Asia, turnamen beregu Uber Cup dan yang paling prestige adalah emas Olimpiade London 2012. Meskipun tak secemerlang di 2012, tahun ini Xuerui mampu manjuarai turnamen Indonesia Open SS Premier 2013 dan runner up Singapore Open SS 2013. Langkah pemilik ranking 1 dunia ini ke babak final juga tampil maksimal di turnamen BWF World Championships 2013 dengan tidak kehilangan satu gimpun. Namun uniknya justru saat berhadapan dengan Intanon, kemampuan Xuerui terlihat '˜biasa'™ dan berbalik terdominasi.

Dengan tiga kombinasi kekuatan bulutangkis, kecepatan, power, dan stamina, Intanon senantiasa memiliki jawaban dari setiap pengembalian bola-bola sulit yang coba dilancarkan Xuerui. Bahkan dengan kemampuannya menetralisasi pukulan Xuerui dengan kontrol bola yang baik, tak banyak yang bisa dilakukan oleh anak asuh Li Yongbo tersebut. Mental bertanding Intanon pun juga tak kalah hebat dan sudah teruji. Meskipun sempat tertinggal jauh 12-19 di titik nadhir gim pertama, Intanon secara dramatis mampu menyamakan kedudukan di angka 20 dan berbalik unggul 22-20.

Menyadari kelengahannya di gim pertama, Xuerui akhirnya bangkit di poin-poin akhir set kedua setelah memimpin 18-15 dengan memanfaatkan beberapa kesalahan sendiri dari sang peringkat 3 dunia. Tak mau menyiakan kesempatan ini Xuerui sukses memaksakan rubber game, 21-18.

Mencoba untuk mempercepat tempo dan menyudutkan Ratchanok dengan bola-bola serang dan viariasi pukulannya, Xuerui justru semakin down saat Intanon senantiasa mampu mengembalikan pukulannya dengan sempurna ke arah yang justru tak terduga. Tak hanya di area baseline dominasi putri Thailand juga tak terbendung di depan net. Plus serangan keras dan bola-bola copnya, kelincahan Intanon ibarat balerina di tengah lapangan juga tak memudar hingga penghujung set. Berbalik menekan dengan smash-smash silang yang bervariasi arah dan retensinya, Intanon kembali memegang kendali gim ketiga 21-14 sekaligus memastikan gelar World Championships perdana untuk Thailand.

Intanon, 'Gelar Ini Untuk Ibu Saya dan Sang Ratu'

Kemenangan Intanon atas Xuerui membuatnya menjadi pemain putri pertama yang mampu mematahkan hegemoni China selama 14 tahun terakhir. Paska kemenangan yang diraih Camilla Martin pada tahun 1999, para srikandi negeri tirai bambu secara bergantian menguasai podium juara dan tak memberikan banyak peluang bagi negara lainnya.

Setelah berjibaku satu jam 5 menit, Intanon langsung bersimpuh dengan lututnya dengan luapan emosi dan air mata. Ditemi oleh sang pelatih dan translator, Intanon mengungkapkan perasanannya saat konferensi pers digelar.

'Sepanjang pertandingan saya terus berpikir untuk terus berusaha. Saya harus berjuang sampai titik akhir. Saat berhasil meraih poin terakhir saya benar-benar tidak mampu mengontrol emosi. Ini mimpi saya. Memori semua latihan keras yang saya jalani beberapa tahun terakhir tiba-tiba terngiang dalam ingatan saya dan semuanya terasa terbayar... Sekarang saya seorang juara dunia,' ujar Ratchanok.

'Saya mendedikasikan gelar ini untuk ibu saya dan sang ratu. Sebenarnya saya sangat semangat saat ratu mengundang saya untuk menemuinya. Pencapaian ini akan menjadi kabar baik bagi negara saya khususnya setelah kontroversi yang melibatkan dua pemain ganda putra beberapa waktu yang lalu (dua pemain ini dilarang mengikuti turnamen paska kejadian di Kanada Open).

'Kemenangan ini memberikan saya kepercayaan diri yang besar. Sebelum ini saya ragu apakah saya mampu mengalahkan para pemain China. Tapi sekarang saya tahu saya bisa dan saya akan terus berbenah lebih baik,' lanjutnya kemudian.

'Li tidak bermain pada performa terbaiknya hari ini. Saya bermain lepas dan saya pikir dia sedikit nervous. Saya sudah lima kali bertemu dia dan empat diantaranya saya kalah. Hari ini terasa luar biasa mampu mengalahkan dia,' sahut Intanon.

Xuerui sendiri merasa sulit untuk berkonsentrasi selama pertandingan. 'Saya juga tidak mengerti apa yang saya lakukan di gim pertama. Saya sulit berkonsentrasi dan sedikit pasif dalam pertandingan. Tentu saja bukan karena posisi saya sebagai unggulan yang menjadi pikiran saya. Saya pikir saya terlalu bersemangat untuk menang. Saya sudah mempersiapkan diri selama pertandingan ini tapi tentu saja itu bukan hal yang mudah. Saat saya coba mengimplementasikan startegi saya, saya justru membuat kesalahan sendiri,' komentar Xuerui.

'Dia terlihat begitu lepas dan tentu saja menambah tekanan untuk saya. Taktis dia sangat baik dan dia terus berusaha disepanjang pertandingan.

'Semua pemain Thailand khususnya Intanon berpenampilan kian membaik. China mungkin masih memiliki keunggulan tehnik tapi di sektor tunggal putri saat ini kian kompetitif. Para pemain muda dari berbagai negara sudah mempelajari stratagi para pemain pendahulu kami tapi kami akan terus berusaha beradaptasi dengan strategi baru untuk menaklukkan para pemain ini. Kami juga akan berbalik menganalisa mereka,' pungkas Li kemudian. (FEY)

Berita Berita Lainnya