Di era jejaring sosial saat ini, kebebasan kita berekpresi tak ada lagi yang bisa menghalangi. Kita bisa setiap waktu mengungkapkan perasaan dan pengalaman kita dalam waktu seketika. Dan teman-teman di jejaring sosial kita bisa dalam waktu seketika juga melihat ungkapan-ungkapan perasaan yang kita. Dan tak hanya melihat, namun teman-teman kita bisa saling berinteraksi.
Saat berlangsungnya ajang turnamen Djarum Indonesia Open 2012, turnamen bulutangkis super series berkategori premier berhadiah total USD 650,000 ini. Panitia juga menyediakan sarana mengungkapkan ekspresi kepada para penonton yang menyaksikan pertandingan bulutangkis di arena Istora Senayan, Jakarta. Selain media jejaring sosial seperti Facebook dan Twitter yang kini begitu marak, tapi panitia mengajak penggemar bulutangkis di Istora Senayan mengungkapkan perasaan dan dukungannya kepada atlit-atlit yang menjadi idolanya melalui media yang lebih 'jadul', berupa 'Dinding Demokrasi' sebagai tempat menuliskan uneg-uneg.
Dinding setinggi lebih kurang dua meter dan sepanjang sepuluh meteran yang terletak di depan arena dekat pintu masuk ke Istora bisa digunakan mengungkapkan dukungan atau pun uneg-unegnya selama menonton Djarum Indonesia Open 2012. Pengujung tinggal menuliskan uneg-unegnya, spidol sebagai alat tulis pun sudah tersedia.
Berbagai ungkapan-ungkapan digoreskan pada dinding 'Demokrasi'™ Djarum Indonesia Open 2012. Membacanya, kadang membuat kita tersenyum. Ada yang bernada dukungan, ada juga yang bernada kritikan sosial. Beraneka ragam ungkapan hati tercurah di dinding demokrasi yang tersedia.
'Go !!! Zebadiah!' demikian dukungan kepada Pia Zebadiah.
'Love You Ahsan!' demikian satu ungkapan hati seorang penggemar kepada Mohammad Ahsan pasangan Bona Septano. Walau Ahsan/Bona kandas di babak pertama, namun kecintaan terhadap Ahsan tetap dicurahkan.
'Firdasari, I love U', ungkapan kepada tunggal putri Indonesia, Adriyanti Firdasari yang mengundurkan diri pada babak pertama saat berhadapan dengan Wang Yihan dari China.
Tak hanya pujian kepada atlit-atlit bulutangkis yang bertarung. Ada juga pengunjung arena Djarum Indonesia Open 2012 yang menyempatkan diri untuk menyampaikan uneg-unegnya lihat kondisi negara kita yang kerap dilanda masalah korupsi. 'Indonesia bisa menang asal para koruptor jangan ikut nonton'. Sesuatu yang menjengkelkan rupanya.
Ada juga yang bernada himbauan yang sedikit serius, 'Dimohon seluruh pengunjung Senayan berdoa Insya Allah Kido/Hendra juara Indonesia Open, juga Butet Towi juara Indonesia Open dan Juara Olimpiade London 2012'.
Walau langkah Sony Dwi Kuncoro terhenti pada babak perempatfinal kemarin di tangan pebulutangkis China, Du Pengyu, namun pujian buat Sony pun tak terlupakan. 'Kindra kudu masuk final, Mas Sony, You are the Champ'. Sesuatu banget. (*)