Tak dapat dipungkiri, para pencinta bulu tangkis tanah air memiliki radikalisme tersendiri. Setiap turnamen, dari kelas grand prix hingga kelas premier super series, menjelma menjadi sahabat sehari-hari mereka. Antusiasme ini membuncah ketika pejuang-pejuang dari tanah air ikut ambil bagian dalam sebuah turnamen. Doa, harapan, dan dukungan terucap dari jutaan mulut para anggota komunitas pencinta olah raga ini.
Ya, mereka berkumpul atas nama kecintaan terhadap olah raga yang selalu mengibarkan merah-putih di Olimpiade sejak 1992 ini. Sebut saja sebuah komunitas bernama BULDOC ''' Bulutangkis Dotcom ''' tempat berkumpulnya ratusan pribadi dari seluruh penjuru Indonesia yang memiliki antusiasme yang sama. Bulu tangkis telah menjadi bagian dari hidup mereka, sumber inspirasi, dan penambah semangat.
Tepat pada 12 Juni lalu, salah satu turnamen paling bergengsi di dunia digelar di tanah air, Djarum Indonesia Open Premier Super Series 2012. Turnamen yang berlangsung hingga tanggal 17 Juni lalu seperti magnet bertenaga luar biasa yang menarik para insan-insan yang mencintai bulu tangkis dari seluruh Indonesia, mengumpul di gedung Istana Olah Raga (ISTORA) Jakarta. Beberapa orang mengakui bahwa turnamen seperti ini dapat menjadi motivasi sendiri dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Tak heran, jika pada turnamen Djarum Indonesia Open Premier Super Series 2012 kemarin, banyak insan yang datang berbondong-bondong untuk menjadi saksi perjuangan para atlet Indonesia, bahkan beberapa dari mereka berasal dari luar pulau Jawa. Alasan kedatangan mereka tak jauh-jauh dari rasa cinta yang luar biasa terhadap bulu tangkis dan rasa saling memiliki dengan sahabat-sahabat sesama pencinta olahraga ini.
'Intinya sih gw pengen ngerasain hebohnya nonton langsung di Istora. Gw pengen teriak-teriak sepuasnya ngasih dukungan tanpa takut dilempar sendal sama tetangga,' Agoes Suwarso, seorang pemuda yang datang dari Purwokerto, memberi tanggapan.
'(Mau ketemu) Sahabat! Bulu tangkis telah membawa perubahan besar dalam hidup, aku dapat banyak sahabat,' ungkap Benny Chandra, pemuda yang datang dari Batam.
'Bulu tangkis udah jadi bagian hidupku, sehari saja tanpa bulu tangkis rasanya aneh, nggak enak. Browsing di internet juga kebanyakan buat mengikuti perkembangan bulu tangkis dunia, turnamen yang telah, sedang, dan akan berlangsung. Kecintaan terhadap bulu tangkis inilah yang membuatku ingin sekali menonton langsung Djarum Indonesia Open Premier Super Series,' seorang pemuda dari Medan, Prima Prabawa bercerita.
Pemuda lain, Nyoto Setiono yang datang jauh-jauh dari Kupang mengatakan, 'Kalau kita merasa nyaman dengan sesuatu, kadang kita gak peduli seberapa jarak yang harus kita tempuh untuk meraihnya. Rasa lelah akan segera terbayar. Begitu jugalah bulu tangkis. Bulu tangkis juga membawa gw ketemu teman-teman yang luar biasa, bahkan menjadi sebuah keluarga baru.'
Seorang penggemar fanatik Simon Santoso, Shept Sun ''' pencetus berdirinya grup Bulutangkis Dotcom ''' juga memberikan komentarnya. 'Gw datang ke Istora karena Simon masuk final. That'™s it.'
Bulu tangkis bukan hanya sekedar olah raga. Bulu tangkis telah menjadi kemasan menarik yang berisi persahabatan, kekeluargaan, nasionalisme, hidup sehat, dan banyak hal positif lainnya. 'Kemarin bela-belain datang dari Papua untuk dukung atlet Indonesia tentunya. Saya juga ingin ketemu teman-teman dari berbagai daerah,' ungkap Rachmat Togubu, pria dari Papua. 'Bulu tangkis juga membawa pengaruh positif buat saya. Saya melihat atlet-atlet yang punya mental dan stamina bagus, membuat saya ingin hidup lebih sehat,' tambah Rean ''' sapaan Rachmat Togubu.
Seorang pria asal Yogjakarta yang juga pemilik sebuah kebun salak bahkan telah merencanakan kedatangannya sejak Indonesia Open 2011 tahun lalu. 'Sebenarnya udah direncanakan dari 2011 lalu. Pengen liat langsung atlet bulu tangkis. Pengen teriak-teriak juga. Dan ternyata, kemarin seru banget, apalagi nonton final, Indonesia dapat gelar tunggal putra,' ungkap Aan Setyawan, yang datang dari Yogyakarta membawa berkilo-kilo salak dari kebunnya ke teman-teman Buldocnya.
'Pengaruh bulu tangkis? Sejauh ini sih positif. Kalau ada turnamen, ngerasa lebih semangat aja menjalani aktivitas,' ujar Agoes Suwarso.
'Saya pengen ketemu anak-anak Buldoc ''' Bulutangkis Dotcom. Pengen tau aja karakter masing-masing. Terus pengen nonton pemain-pemain favorit seperti Taufik Hidayat dan Lilyana Natsir, selama ini kan cuma bisa nonton di TV, jadi pengen nonton langsung. Trus yang terakhir, pengen ngerasain atmosfir Istora, pengen menjadi bagian dari 'fantastic crowd' kalo kata Peter Gade,' papar Gitya Dina Herawati dari Malang.
Seorang perempuan dari Padang, Puteri Luzeri mengungkapkan bahwa dia harus berjuang agar bisa pindah ke Jakarta lebih awal demi Indonesia Open. 'Sebenarnya gw pindah ke Jakarta itu bulan Juli. Tapi gw rela nyari duit sendiri biar pindahannya bisa lebih awal. Ya, buat nonton Indonesia Open dan ketemu teman-teman juga,' ujarnya.
Tak hanya mereka yang menonton langsung yang dibuat '˜deg-degan'™ oleh atlet Indonesia yang sedang bertanding, nasionalisme yang terkobar dalam jiwa juga menggusarkan mereka yang '˜hanya'™ bisa melihat lewat live score atau live streaming. Mereka ikut berdoa, berharap, dan berdebar-debar. 'Kadang, walau cuma bisa liat panah '˜live score'™ yang gerak-gerak, tapi ikut deg-degan juga,' ungkap Kanni, pemuda Banjarmasin yang tak dapat hadir di Istora.
Pada akhirnya, dukungan dan semangat dari ribuan publik Istora kemarin memang benar memberikan atmosfer yang berbeda bagi pemain-pemain Indonesia. Mereka mengaku termotivasi atas teriakan yang berisi doa dan harapan dari ribuan penonton. Hal ini menjadi lebih istimewa karena Simon Santoso, tunggal putra Indonesia, membawa sekeping gelar juara yang telah lama dinanti. Saat itu, semuanya mengucap syukur, bahagia, dan terpuaskan akan haus gelar di kandang sendiri. Sayangnya pasangan ganda campuran Indonesia, Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir belum mampu melebihi prestasinya tahun lalu dan lagi-lagi harus puas dengan posisi runner-up.
Harapan-harapan akan perbulutangkisan tanah air yang membaik juga menjadi doa-doa setiap hari bagi mereka yang mencintai bulu tangkis. Nasionalisme mereka mengusik jiwa. Mereka menginginkan yang terbaik untuk Indonesia. Keyakinan dan optimisme akan hari esok yang lebih cerah untuk bulu tangkis Indonesia terujar dari mulut mereka.
'Semua juga pengen bulu tangkis Indonesia lebih baik. Intinya sih pengurus dibenahin dulu, regenerasi lancar, dan gak ada pencurian umur,' komentar Shept Sun. 'Satu lagi, tunggal putri menjadi sektor yang memprihatinkan, gak tau dimana salahnya. Semoga bisa lebih baik aja deh,' tambahnya.
Hal senada diungkapkan Kanni dan Saifuddin Ilyas tentang regenerasi. 'Harapannya sih regenerasinya dibenahi. Untuk harapan Olimpiade, di satu sisi, gw malah pengen Indonesia gak dapat gelar, biar PBSI melek,' komentar Kanni.
'Harapan saya sih regenerasi lancar. Pengurus, pelatih, dan atlet bisa bekerja sama dengan baik, satu visi untuk meraih prestasi. Dengan demikian, saya yakin kejayaan Indonesia di masa lalu akan kembali terulang, bukan cuma jadi sejarah belaka,' ujar Saifuddin Ilyas.
Ikerina Mayopu juga memiliki harapan yang sama. 'Harapan saya sih bulu tangkis Indonesia bisa kembali lagi seperti jaman ayah-ibu kita atau mungkin lebih. Kemarin pemain-pemain muda Indonesia banyak yang punya prospek bagus. Saya yakin dengan dukungan semua pihak ditambah kerja keras, Indonesia pasti bisa,' ungkap Ikerina yakin.
Apapun harapan mereka, yang pasti kemajuan olah raga ini tak akan lepas dari peran serta semua pihak, terutama pemerintah dan masyarakat Indonesia. Tentunya, nasionalisme para penanggung jawab olah raga ini menjadi peran penting, mengutamakan kepentingan bangsa, mengedepankan prestasi bangsa, di atas kepentingan pribadi masing-masing. (Eko)